PERKEMBANGAN ANAK PADA
MASA SEKOLAH
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Perkembangan yang diampu oleh Bpk Azam Syukur Rahmatullah M.S.I.M.A
Disusun oleh:
1.
Rustam
2.
Saiful Mujab
3.
Qistiah
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR'AN (UNSIQ)
JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan “cabang psikologi yang mempelajari
perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang prosesperkembangan individu dari
masa konsepsi sampai mati” (Ross Vasta, dkk.,1992)
Para peneliti perkembangan menguji atau meneliti apa perkembangan
itu dan mengapa perkembangan itu terjadi. Ada dua tujuan penelitian
pekembangan, yaitu:i
1.
Memberikan gambaran tentang tingkah laku anak yang meliputi
pertanyaan-pertanyaan, seperti: Kapan bayi mulai berjalan? Apa keterampilan
sosial yang khas bagi anak usia empat tahun? Bagaimana anak usia kelas enam
memecahkan konflik dengan teman-temannya?.
2.
Mengidentifikasi faktor penyebab dan proses yang melahirkan
perubahan perilaku dari satu perkembangan ke perkembangan berikutnya.
Faktor-faktor ini meliputi warisan genetik, kareakteristik biologis dan
struktur otak, lingkungan fisik dan sosial dalam kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman anak’
Para ahli psikologi perkembangan melakukan studi tentang perubahan
tingkah laku itu dalam semua siklus kehidupan individu mulai masa konsepsi
samapai mati.[1]
BAB II
PERKEMBANGAN ANAK PADA MASASEKOLAH
A. Tahapan
Operasional
Antara usia 7
sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan operasianal konkret, anak-anak menguasai
berbagi konsep konservasi u ntuk melakukan manipulasi logis lainya. Misalnya,
mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat.
Mereka juga dapat membentuk penyajian mental mengenai serangkain tindakan.
Anak-anak yang berumurlima tahun dapat mencari jalaqn sendiri ke rumah temenya
tetapi tidxak dapat menunjukkan kepada anda atau menelusuri rute atau
menelusuri dengan kertas dan pensil. Mereka dapat mencari jalan karena mereka tahu harus
membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak mempunnyai gambaran
rute secara keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur 8 tahun sanggup
menggambarkan peta rute itu.
Pieget menamakan
masa ini tahapan operasional konkret: meskipun anak-anak memakai istialah
abstrak, mereka hanya memakai dalam hubungannya dengan objek yang konkret.
Sebelum mencapai tahapan akhir perkembangan kogniti, pada tahapan operasional
formal, yang dimulai sekitar usia 11 sampai 12 tahun, anak-anak sanggup
berfikir logis dengan berbagai istilah simbolik murni.[2]
Stadium pemahaman
moral pieget ketiga dimulai pada sekitar waktu ini. Anak mulai menghargai bahwa
beberapa peraturan adalah kebiasaan sosial- persetujuan bersama yang dapat
sekehandak hati diputuskan dan di ubah jikan semua setuju. Realismemoral anak
moral anak juga menyatakan: saat membuat pertimbangan moral, anak sekarang
memberikan bobot pada pertimbangan “subjektif” seperti maksuk seseorang, dan
mereka memandang hukuman sebagai keputusan manusia, bukan retribusi dari
kekuatan yang lebih tinggi.
Awal stadium
operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium keempat dan terakhir
pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak kecil menumjukkan minatnya
dalam membuat peraturan bahkan untuk menghadapi situasi yang belum yang belum
pernah mereka jumpai. Stadium ini ditandai oleh model ideologis penalaran
moral, yang menjawab masalah sosiol yang lebih luas ketimbang hanya situasi personal
dan interpersonal.[3]
1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah
dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektuan, atau
melaksnakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis dan menghitung).
Sebelum masa ini,
yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif,
berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah
berkembang kearah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima akal). Pieget
menamakannya sebagai masa operasi konkrit. Pieget menamakannya sebagai masa
operasi konkret, masa berakhirnya berfikirn khayal dan mulai befikir konkret
(berkaitan dengan dunia nyata).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru,
yaitu mengklasifikasiakn (mengklompokkan), menyusun, atau mengasiosikan
(menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berkaitan dengan perhitungan (angka), seoerti menambah, mengurangi, mengalikan,
dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving )yang sedarhana.
Kemampuan
intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjdi dasardiberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak
sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seprti membaca, menulis dan
berhitung. Di sampin itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan
tentang manusian, hewan lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Untuk
mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat,gagasan
atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa
yang terjadi dilingkunganya.
Dalam rangka
mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini guru seyogyanya
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan
komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaaran yang dibacanya atau yang
dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study tour atau
diskusi kelompok).
2. Perkemankembangan Bahasa
Bahasa adalah
sarana komunikasi denagan dengan orang lain. Dalam pewngertian ini mencakup
semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak menggunakan kata-kata, kalimat
bunyi, lambang, tuilsan. Denagan bahasa, semua manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekoalah dasar ini merupakan msa perkembangan
pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary).
Pada awal masa ini, anak suadah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa
akhir (usia11-12 tahun) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan
orang lain, anak suadah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat
kritis (tentang perjalanan / petualagan, riwayat para pahlawan, dsb). Pada masa
ini tingkat berfikir anak suadah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu
dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang dipergunakan pun yang semula
hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan :”dimana”, “darimana”,
“kemana”,”mengapa”, dan “bagaimana”.
Terdapat dus
faktor penting yang mempemgaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
a.
Prosesrs jadi matang, dengan perkatan lain anak itu menjadi matang
(organ-organ suara/bicara sudah berfungsi ) untuk berkata-kata.
b.
Proses belajar, yang berati bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara lalu mempelajari bahasaorang lain dengan jalan mengimitasikan atau
meniru ucapa/kata-kata yang didengarnya.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang didengan sengaja
menambah pembendaharaan katanya,mengajar menyusun struktur kalimat, peribahasa,
kesusastraan dan keterampilan mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini,
diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakan sebagai alat untuk:
a.
Berkomunikasi dengan orang lain,
b.
Menyatakan isi hatinya (perasaannya),
c.
Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,
d.
Berfikir (menyatakan gagasan atau pendapat),
e.
Mengembangkan kepribadiannya, seprti menyatakan sikap dan kenyakinan.
3. Perkembangan sosial
Maksud
perkembengan sosial disni adalah pencapai kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada
anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping
dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer
group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah tembah
luas.
Pada usia ini,
anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendri (egosentris) kepada
sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatiakn kepentingan
orang lain). Anak dapat berminat terhadapat kegiatan-kegiatan teman sebayanya,
dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang),
dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
Berkat
perkembangan sosil, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya
maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalm proses belajar di sekolah,
kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan
tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti: membersihkan
kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seprti:
merencanakan kegiatan camping, membuat rencana study tour).
4. Perkembangan Emosi
Menginjak usia
sekolah, anak mulai menyadari bahawa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah
diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan
dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak
melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua daal mengendalikan emosinya
sangat berpengaruh. Emosi-emosi yang secara dialami pada tahap perkembangan
usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu,
dan kegembiraan (rasa senagng, nikmat, atau bahagia).
Emosi merupakan
faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk
pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah,
bersemangt atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk
mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan
penjelasan guru, membaca buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas, dan
disiplin dalam belajar.
5. Perkembangan Moral
Anak mulai
mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-buruk) pertama kali dari
lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral
ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral
sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informsi
yang diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman
pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah
dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia
ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peratuaran. Di
samping itu , anak sudah dapat mengasosiakan satiap bentuk perilaku dengan
konsep benar-benar atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa
perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu
yang salah atau buruk. Seadangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat
kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar/baik.
6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini,
perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-cirisebagai berikut:
a.
Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b.
Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta
sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c.
Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai
agama sebagai kelanjutan periode sebrelumnya. Kualitas keagamaan anak akan
sangat dipengaruhi oleh proses pembetukan atau pendidikan yang diterimanya.
Berkaitan denag hal tersebut, pendidikan disekolah dasar mempunyai peranan yang
sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasan, dan
penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semaua pihak
yang terlibat dalam pendidikan di SD, bukan hanya guru agama tetapi kepala
sekolah dan guru-guru yang lainnya. Apabila semua pihak yang terlibat s
7. Perkembagan Motorik
Seiring
perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak
sudah dapat terkodinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan
kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang
ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti
menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main bola, dan
atletik.
Perkembangan fisik
yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan
motorik sanagat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia
sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya,
karaena itu mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan.[4]
Sesuai
perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat
diajarkan :
a.
Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.s
b.
Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima,
menendang, dan memukul).
c.
Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya.
d.
Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan,
ketertiban, dan kedisiplinan.
8. Perkembangan Fisik
Perkembangan
fiusik cenderung lbih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang
pertumbuhannya sangat cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk
belajar berbagai kemampuan akademik. Anak lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat
serta belajar berbagai keterampilan. Kenikan tinggi dan berat badan bervariasi
antara anak satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.i
9. Perkembangan Bicara
Berbicara
merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana
berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya
kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak
pembendaharaan kat yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang
bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh
orang lain. Hal ini mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya.
10. Kegiatan Bermain
Permainan yang
disukai cenderung kegiatan bermain yang dilakukan secara kelompok, kecuali
anak-anak yang kurang diterima di kelompoknya dan cenderung memilih bermain
sendiri. Bermain yang sifatnya menjelajah, ketempat-tempat yang belum pernah
dikunjungi baik dikota maupun di desa mengasikkan bagi anak. Permainan
konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk permainan yang
disukai anak serta mampu mengembangkan kreativitas anak. Bernyayi meerupakan
bentuk kegiatan kreatif lainnya. Sealain itu bentuk permainan kelompok yang
disenangi meruoakan permainan oleh raga seperti basket, sepak bola, voleydan
sebagainya. Jenis permainan ini membantu perkembangan otok dan perkembangan
tubuh.
11. Usia 10-12
Pada usia 10-12
tahun, perhatian membaca puncaknya. Materi bacaan semakin luas. Anak-anak laki
menyenangi hal-hal yang sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah
pertualangan. Anak perempuan menyenagi cerita kehidupan seputar rumah tangga.
Teman sebaya
umumnya dalah teman sekolah dan teman bermain di luar sekolah. Pengaruah teman
sebaya sangat besar bagi arah perkembangan anak baik yang bersifat positf
maupun negatif. Pengaruh positif terlihat pada pengembanagan konsep diri dan
pertumbuhan harga diri. Hanya ditengah-tengah teman sebaya anak bisa merasakan
dan menyadari bagaimana dan dimana kedudukan atau posisidirinya.
Keinginan untuk
berada ditengah-tengah temannya membawa anak untuk keluar rumah menemuinya
sepulng sekolah. Anak merasakan kesepian dirumah, tiada teman. Kegiatan denag
teman sebaya ini meliputi belajar bersama, melihat pertunjukan, bermain,
masak-masakkan, dan sebagainya. Mereka sering melakukan kegiatan yang b iasanya
dilakukan orang dewasa.
B. Tugas-tugas
Menurut Syamsu
Yusuf, perkebembangan pada masa ini meliputi:
1.
Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan.
2.
Belajar membentuk sikap yang seaht terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
3.
Belajar bergaul dengan teman
sebaya.
4.
Belajar memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya.
5.
Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
6.
Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.[5]
BAB III
Kesimpulan
Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu
pada tahapan operasianal konkret, anak-anak menguasai berbagi konsep konservasi
u ntuk melakukan manipulasi logis lainya. Misalnya, mereka dapat menyusun benda
berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk
penyajian mental mengenai serangkain tindakan. Anak-anak yang berumurlima tahun
dapat mencari jalaqn sendiri ke rumah temenya tetapi tidxak dapat menunjukkan
kepada anda atau menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas dan pensil.
Mereka dapat mencari jalan karena mereka
tahu harus membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak mempunnyai
gambaran rute secara keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur 8 tahun sanggup
menggambarkan peta rute itu.
Aspek perkembangan pada masa sekolah meliputi perkembangan
intelektual, perkemankembangan bahasa perkembangan sosial, perkembangan emosi,
perkembangan moral, perkembangan penghayatan keagamaan, perkembagan motorik,
perkembangan fisik, perkembangan bicara, kegiatan bermain,dan usia 10-12.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Agus &Andryantao, Michael (2010) Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga..
Saputra, Lyndon (TT) Pengantar
Psikologi.Batam: Interaksa.
Yusuf, Syamsu, (2009) Psikologi Perkembangan Anak &
Remaja.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hidayati, Wiji & Purnami, Sri (2008) Psikologi Perkembangan,Yogyakarta:
Teras.
Makasih infonya
ReplyDeletehttp://yvc-i-gc012.blogspot.co.id/