Monday, March 18, 2013

PERKEMBANGAN ANAK PADA MASA SEKOLAH Rustam Blancir Pedurungan Semarang Rustam



PERKEMBANGAN ANAK PADA MASA SEKOLAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan yang diampu oleh Bpk Azam Syukur Rahmatullah M.S.I.M.A



Disusun oleh:
1.  Rustam
2.  Saiful Mujab
3.  Qistiah



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR'AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2011


BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan “cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang prosesperkembangan individu dari masa konsepsi sampai mati” (Ross Vasta, dkk.,1992)
Para peneliti perkembangan menguji atau meneliti apa perkembangan itu dan mengapa perkembangan itu terjadi. Ada dua tujuan penelitian pekembangan, yaitu:i
1.      Memberikan gambaran tentang tingkah laku anak yang meliputi pertanyaan-pertanyaan, seperti: Kapan bayi mulai berjalan? Apa keterampilan sosial yang khas bagi anak usia empat tahun? Bagaimana anak usia kelas enam memecahkan konflik dengan teman-temannya?.
2.      Mengidentifikasi faktor penyebab dan proses yang melahirkan perubahan perilaku dari satu perkembangan ke perkembangan berikutnya. Faktor-faktor ini meliputi warisan genetik, kareakteristik biologis dan struktur otak, lingkungan fisik dan sosial dalam kehidupan  anak dan pengalaman-pengalaman anak’
Para ahli psikologi perkembangan melakukan studi tentang perubahan tingkah laku itu dalam semua siklus kehidupan individu mulai masa konsepsi samapai mati.[1]



BAB II
PERKEMBANGAN ANAK PADA MASASEKOLAH
A. Tahapan Operasional
            Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan operasianal konkret, anak-anak menguasai berbagi konsep konservasi u ntuk melakukan manipulasi logis lainya. Misalnya, mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk penyajian mental mengenai serangkain tindakan. Anak-anak yang berumurlima tahun dapat mencari jalaqn sendiri ke rumah temenya tetapi tidxak dapat menunjukkan kepada anda atau menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas dan pensil. Mereka  dapat mencari jalan karena mereka tahu harus membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak mempunnyai gambaran rute secara keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur 8 tahun sanggup menggambarkan peta rute itu.
            Pieget menamakan masa ini tahapan operasional konkret: meskipun anak-anak memakai istialah abstrak, mereka hanya memakai dalam hubungannya dengan objek yang konkret. Sebelum mencapai tahapan akhir perkembangan kogniti, pada tahapan operasional formal, yang dimulai sekitar usia 11 sampai 12 tahun, anak-anak sanggup berfikir logis dengan berbagai istilah simbolik murni.[2]
            Stadium pemahaman moral pieget ketiga dimulai pada sekitar waktu ini. Anak mulai menghargai bahwa beberapa peraturan adalah kebiasaan sosial- persetujuan bersama yang dapat sekehandak hati diputuskan dan di ubah jikan semua setuju. Realismemoral anak moral anak juga menyatakan: saat membuat pertimbangan moral, anak sekarang memberikan bobot pada pertimbangan “subjektif” seperti maksuk seseorang, dan mereka memandang hukuman sebagai keputusan manusia, bukan retribusi dari kekuatan yang lebih tinggi.
            Awal stadium operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium keempat dan terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak kecil menumjukkan minatnya dalam membuat peraturan bahkan untuk menghadapi situasi yang belum yang belum pernah mereka jumpai. Stadium ini ditandai oleh model ideologis penalaran moral, yang menjawab masalah sosiol yang lebih luas ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.[3]
1. Perkembangan Intelektual
            Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis dan menghitung).
            Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah berkembang kearah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima akal). Pieget menamakannya sebagai masa operasi konkrit. Pieget menamakannya sebagai masa operasi konkret, masa berakhirnya berfikirn khayal dan mulai befikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasiakn (mengklompokkan), menyusun, atau mengasiosikan (menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka), seoerti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving )yang sedarhana.
            Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjdi dasardiberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seprti membaca, menulis dan berhitung. Di sampin itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusian, hewan lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat,gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi dilingkunganya.
            Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaaran yang dibacanya atau yang dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study tour atau diskusi kelompok).
2. Perkemankembangan Bahasa
            Bahasa adalah sarana komunikasi denagan dengan orang lain. Dalam pewngertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, tuilsan. Denagan bahasa, semua manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
            Usia  sekoalah dasar ini merupakan msa perkembangan pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak suadah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia11-12 tahun) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak suadah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan / petualagan, riwayat para pahlawan, dsb). Pada masa ini tingkat berfikir anak suadah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang dipergunakan pun yang semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan :”dimana”, “darimana”, “kemana”,”mengapa”, dan “bagaimana”.
            Terdapat dus faktor penting yang mempemgaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
a.       Prosesrs jadi matang, dengan perkatan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi ) untuk berkata-kata.
b.      Proses belajar, yang berati bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasaorang lain dengan jalan mengimitasikan atau meniru ucapa/kata-kata yang didengarnya.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang didengan sengaja menambah pembendaharaan katanya,mengajar menyusun struktur kalimat, peribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakan sebagai alat untuk:
a.       Berkomunikasi dengan orang lain,
b.      Menyatakan isi hatinya (perasaannya),
c.       Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,
d.      Berfikir (menyatakan gagasan atau pendapat),
e.       Mengembangkan kepribadiannya, seprti menyatakan sikap dan  kenyakinan.
3. Perkembangan sosial
            Maksud perkembengan sosial disni adalah pencapai kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah tembah luas.
            Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatiakn kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadapat kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
            Berkat perkembangan sosil, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalm proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti: membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seprti: merencanakan kegiatan camping, membuat rencana study tour).
4. Perkembangan Emosi
            Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam proses peniruan,  kemampuan orang tua daal mengendalikan emosinya sangat berpengaruh. Emosi-emosi yang secara dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senagng, nikmat, atau bahagia).
            Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangt atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar.
5. Perkembangan Moral
            Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informsi yang diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
            Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan  sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peratuaran. Di samping itu , anak sudah dapat mengasosiakan satiap bentuk perilaku dengan konsep benar-benar atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Seadangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar/baik.
6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
            Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-cirisebagai berikut:
a.       Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b.      Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c.       Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebrelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembetukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan denag hal tersebut, pendidikan disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasan, dan penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semaua pihak yang terlibat dalam pendidikan di SD, bukan hanya guru agama tetapi kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya. Apabila semua pihak yang terlibat s
7. Perkembagan Motorik
            Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main bola, dan atletik.
            Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan motorik sanagat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya, karaena itu mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan.[4]
            Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan :
a.       Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.s
b.      Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima, menendang, dan memukul).
c.       Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya.
d.      Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban, dan kedisiplinan.
8. Perkembangan Fisik
            Perkembangan fiusik cenderung lbih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya sangat cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan. Kenikan tinggi dan berat badan bervariasi antara anak satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.i
9. Perkembangan Bicara
            Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak pembendaharaan kat yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya.
10. Kegiatan Bermain
            Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang dilakukan secara kelompok, kecuali anak-anak yang kurang diterima di kelompoknya dan cenderung memilih bermain sendiri. Bermain yang sifatnya menjelajah, ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi baik dikota maupun di desa mengasikkan bagi anak. Permainan konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk permainan yang disukai anak serta mampu mengembangkan kreativitas anak. Bernyayi meerupakan bentuk kegiatan kreatif lainnya. Sealain itu bentuk permainan kelompok yang disenangi meruoakan permainan oleh raga seperti basket, sepak bola, voleydan sebagainya. Jenis permainan ini membantu perkembangan otok dan perkembangan tubuh.
11. Usia 10-12
            Pada usia 10-12 tahun, perhatian membaca puncaknya. Materi bacaan semakin luas. Anak-anak laki menyenangi hal-hal yang sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah pertualangan. Anak perempuan menyenagi cerita kehidupan seputar rumah tangga.
            Teman sebaya umumnya dalah teman sekolah dan teman bermain di luar sekolah. Pengaruah teman sebaya sangat besar bagi arah perkembangan anak baik yang bersifat positf maupun negatif. Pengaruh positif terlihat pada pengembanagan konsep diri dan pertumbuhan harga diri. Hanya ditengah-tengah teman sebaya anak bisa merasakan dan menyadari bagaimana dan dimana kedudukan atau posisidirinya.
            Keinginan untuk berada ditengah-tengah temannya membawa anak untuk keluar rumah menemuinya sepulng sekolah. Anak merasakan kesepian dirumah, tiada teman. Kegiatan denag teman sebaya ini meliputi belajar bersama, melihat pertunjukan, bermain, masak-masakkan, dan sebagainya. Mereka sering melakukan kegiatan yang b iasanya dilakukan orang dewasa.
B. Tugas-tugas
            Menurut Syamsu Yusuf, perkebembangan pada masa ini meliputi:
1.      Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan.
2.      Belajar membentuk sikap yang seaht terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
3.       Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4.      Belajar memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya.
5.      Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
6.      Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.[5]






BAB III
Kesimpulan
            Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan operasianal konkret, anak-anak menguasai berbagi konsep konservasi u ntuk melakukan manipulasi logis lainya. Misalnya, mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk penyajian mental mengenai serangkain tindakan. Anak-anak yang berumurlima tahun dapat mencari jalaqn sendiri ke rumah temenya tetapi tidxak dapat menunjukkan kepada anda atau menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas dan pensil. Mereka  dapat mencari jalan karena mereka tahu harus membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak mempunnyai gambaran rute secara keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur 8 tahun sanggup menggambarkan peta rute itu.
Aspek perkembangan pada masa sekolah meliputi perkembangan intelektual, perkemankembangan bahasa perkembangan sosial, perkembangan emosi, perkembangan moral, perkembangan penghayatan keagamaan, perkembagan motorik, perkembangan fisik, perkembangan bicara, kegiatan bermain,dan usia 10-12.

           






DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Agus &Andryantao, Michael (2010) Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga..
Saputra, Lyndon (TT)  Pengantar Psikologi.Batam: Interaksa.
Yusuf, Syamsu, (2009) Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hidayati, Wiji & Purnami, Sri (2008) Psikologi Perkembangan,Yogyakarta: Teras.




       [1] Syamsu Yusuf,Psikologi perkembangan Anak & Remaja, Bandung,PT Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 3.

      [2] Agus Dharma & Mickhael Andryanto, Pengantar Psikolog, Jakarta, Erlangga,2010, hal. 101.

      [3] Lyndon Saputra, Pengantar Psikologi, Batam, Interaksa, hal. 153.

      [4] Syamsu Yusuf,Psikologi perkembangan Anak & Remaja, Op. Cit.,hal.178.
      [5] Wiji Hidayati & Sri Purnami,Psikologi Perkembangan,Yogyakarta,Teras,hal.138.
 




1 comment: